Film "Hidup Ini Terlalu Banyak Kamu" membawa penonton ke Yogyakarta tahun 1998, sebuah periode dengan gejolak sosial dan politik yang kuat di Indonesia. Di tengah latar belakang yang dinamis ini, terjalin sebuah kisah cinta yang kompleks dan penuh nuansa antara Sadali, seorang pemuda Minangkabau yang idealis, Mera, seorang wanita penggiat seni yang mandiri, dan Arnaza, gadis desa yang telah dijodohkan dengan Sadali.
Klik disini https://aimrpubs.org/ untuk menonton drama cinta menrik lainnya.
Sadali (diperankan oleh Ajil Ditto), seorang pemuda asal Bukittinggi, Sumatera Barat, memiliki impian besar untuk menjadi seorang pelukis. Ia berhasil mewujudkan mimpinya dengan diterima di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, mengambil jurusan seni rupa. Keberangkatannya ke Yogyakarta bukan hanya menandai langkah awal dalam mengejar cita-cita seninya, tetapi juga membawanya pada sebuah perjalanan emosional yang mengubah hidupnya.
Sebelum meninggalkan kampung halamannya, Sadali telah melalui proses taaruf dan dijodohkan dengan Arnaza (diperankan oleh Hanggini), seorang gadis desa yang cantik dan polos. Perjodohan ini disetujui oleh kedua belah pihak keluarga, dan Sadali berjanji akan kembali setelah menyelesaikan studinya untuk menikahi Arnaza. Komunikasi antara Sadali dan Arnaza selama masa perkuliahan Sadali di Yogyakarta terjalin melalui surat-menyurat, sebuah praktik umum pada masa itu. Surat-surat tersebut menjadi jembatan penghubung antara dua hati yang terpisah jarak, membawa kabar, kerinduan, dan janji masa depan.
Setibanya di Yogyakarta, Sadali bertemu kembali dengan sahabat lamanya dari Bukittinggi, Budi (diperankan oleh Faiz Vizhal). Budi membantu Sadali mendapatkan tempat tinggal di sebuah rumah yang juga berfungsi sebagai restoran dan galeri seni. Tempat ini dikelola oleh Mera (diperankan oleh Adinia Wirasti), seorang wanita yang lebih tua dari Sadali, berjiwa seni tinggi, dan memiliki pandangan hidup yang luas. Mera menjadi sosok mentor dan inspirasi bagi Sadali dalam mengembangkan bakat seninya.
Interaksi Sadali dengan Mera di galeri seni tersebut menumbuhkan sebuah kedekatan yang lebih dari sekadar hubungan mentor dan murid. Mereka berbagi minat yang sama dalam seni, berdiskusi tentang berbagai hal, dan saling mendukung dalam mengekspresikan diri melalui karya seni. Sadali mulai merasakan getaran-getaran cinta yang baru, sebuah perasaan yang belum pernah ia alami sebelumnya. Kehadiran Mera memberikan warna baru dalam hidup Sadali, membukakan matanya pada perspektif yang berbeda tentang cinta dan kehidupan.
Namun, di saat yang sama, Sadali juga terikat oleh janjinya kepada Arnaza. Ia merasa bertanggung jawab untuk memenuhi harapan keluarganya dan menepati janjinya pada gadis yang telah menunggunya. Sadali terjebak dalam sebuah dilema yang pelik, antara mengikuti kata hatinya yang terpikat pada Mera, atau memenuhi kewajibannya pada Arnaza.
Perbedaan usia dan status sosial antara Sadali dan Mera juga menjadi faktor yang menambah kompleksitas hubungan mereka. Mera adalah seorang wanita yang mandiri dan mapan, sementara Sadali masih seorang mahasiswa yang sedang merintis karirnya. Perbedaan ini menciptakan jarak yang terkadang sulit untuk dijembatani.
Latar belakang sosial dan politik Indonesia pada tahun 1998, dengan segala ketegangan dan perubahan yang terjadi, turut mewarnai kisah cinta segitiga ini. Demonstrasi mahasiswa, krisis ekonomi, dan gejolak politik menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari, memberikan tekanan tambahan pada Sadali dan orang-orang di sekitarnya.
Film ini tidak hanya menyajikan kisah cinta yang mengharukan, tetapi juga mengangkat tema-tema universal tentang pilihan, tanggung jawab, impian, dan identitas. Sadali harus menghadapi berbagai konflik internal dan eksternal dalam usahanya mencari jati diri dan menentukan jalan hidupnya. Ia belajar tentang arti cinta yang sesungguhnya, tentang keberanian untuk mengambil keputusan, dan tentang pentingnya menghargai nilai-nilai yang diyakini.
"Hidup Ini Terlalu Banyak Kamu" mengajak penonton untuk merenungkan makna cinta dalam kehidupan, bahwa cinta tidak selalu berjalan lurus dan mudah, tetapi seringkali penuh dengan tantangan dan pengorbanan. Film ini juga memberikan gambaran tentang kehidupan di Yogyakarta pada masa lalu, dengan segala keindahan dan dinamikanya. Dengan alur cerita yang kuat, karakter-karakter yang kompleks, dan latar belakang sejarah yang menarik, film ini diharapkan dapat memberikan pengalaman menonton yang berkesan bagi para penontonnya.